Powered By Blogger

Rabu, 22 Desember 2010

Bintang Di Jendela (bacaan Natal)

Artikel ini diambil dari buku "Renungan Harian" Edisi tahun 2010,
terbitan Yayasan Gloria, Yogyakarta.


25 Desember


Pada masa Perang Dunia I, keluarga-keluarga yang mengirim putranya untuk berperang akan memasang sebuah tanda bintang di salah satu jendela rumah mereka.
Seorang kakek sedang berjalan-jalan dengan cucunya ketika sang cucu menanyakan apa arti tanda bintang di jendela itu.
Setelah dijelaskan, si anak selalu tersenyum dan bertepuk tangan setiap kali menjumpai sebuah rumah dengan tanda bintang di jendela.
Beberapa saat kemudian, si cucu tiba-tiba menunjuk ke langit dan menuding sebuah bintang besar.

"Kek, lihat! Allah juga mengirimkan Putra-Nya ya?"

Pemberian Allah yang terbesar telah direncanakan dengan sempurna.
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, Allah sudah membuat sebuah rancangan luar biasa agar manusia dilepaskan dari hukuman atas dosanya itu (Kejadian 3:15).
Dan, tak ada pemberian lain yang cukup untuk menebus manusia-manusia itu, kecuali Sang Putra sendiri.
Inilah inisiatif Allah.
"Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (ayat 10).

Natal mengusung sebuah pengingat bahwa Allah sungguh-sungguh mewujudkan rancangan besar-Nya, dengan menghadirkan Bayi Yesus ke dunia. Tak ada omong besar. Yang ada hanya inisiatif kasih kepada kita, manusia.
Dia memberikan milik-Nya yang terbesar.
Maka, jika begitu besar kasih Allah kepada kita, apakah respons kita?
"Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita saling mengasihi" (ayat 11).

Adakah kita sungguh-sungguh berdamai dengan semua orang?

Hanya kita dan Tuhan yang tahu.


Kelahiran Kristus berawal dari ide pendamaian.
Maka masih layakkah kita tak berdamai dengan saudara?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar