Dimuat online di:
http://woman.kapanlagi.com/body_mind/cantik/3867_cokelat_itu_bikin_cantik_dan_sehat.html
Coklat −untuk sebagian besar orang, terutama wanita− adalah makanan yang sangat sulit ditolak. Walaupun demikian, masih banyak juga orang yang mengkonsumsi coklat dan kemudian merasa “bersalah”. Kenapa? Karena mereka beranggapan coklat yang mereka konsumsi itu akan menyebabkan timbulnya jerawat, karies gigi, kenaikan berat badan dan kegemukan, hingga peningkatan kolesterol darah. Intinya, asumsi masyarakat umumnya adalah coklat itu lezat tetapi tidak sehat. Hmm.., benarkah begitu?
Kenyataannya, berbagai penelitian dari seluruh dunia justru membuktikan sebaliknya, yakni bahwa sebenarnya mengkonsumsi coklat sangat baik untuk kesehatan.
Berpegangan pada fakta tersebut, coklat dapat menjadi bagian dari gaya hidup yang memberi kita kecantikan, energi, usia panjang, dan berkurangnya risiko terserang penyakit. Apakah hal ini terdengar tidak mungkin di telinga Anda? Semoga ulasan berikut ini dapat membuka pemikiran Anda.
Sebelum Anda berhenti membaca dan bergegas pergi untuk membeli sekotak coklat, ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui tentang coklat. Pertama, tidak semua coklat itu sama! Beberapa jenis coklat bermanfaat bagi Anda, beberapa bersifat netral, dan yang lainnya lagi tidak terlalu baik untuk kesehatan Anda.
Secara umum, kita ketahui ada tiga jenis coklat, yaitu:
Dark Chocolate atau coklat hitam, adalah yang kandungan coklatnya paling tinggi dibandingkan Milk Chocolate dan White Chocolate.
Milk Chocolate atau coklat susu, memiliki komponen penyusun yang sama dengan coklat hitam, dengan tambahan susu.
White Chocolate atau coklat putih, terbuat dari mentega kokoa dan tidak mengandung kokoa padat sama sekali, sehingga bukan merupakan coklat yang sesungguhnya.
Karena harga cocoa liquor sangat mahal, ada kecenderungan untuk menggantinya dengan bahan yang lebih murah, umumnya gula. Cara lain yang biasa digunakan untuk mengurangi biaya pembuatan coklat adalah dengan menggunakan vegetable oil untuk menggantikan mentega kokoa. Coklat yang dibuat dari bahan berkualitas rendah (biasanya dijual dengan harga murah) inilah yang tergolong tidak baik untuk kesehatan.
Para ahli mengatakan bahwa dalam coklat terkandung flavonoid (polifenol), senyawa antioksidan yang melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan arteri, memicu timbulnya plak (substansi lemak) pada dinding pembuluh darah, yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Adanya antioksidan juga membantu menurunkan kadar kolesterol jahat LDL (Low Density Lipoprotein) serta meningkatkan kadar kolesterol baik HDL (High Density Lipoprotein).
Coklat sering disebut-sebut sebagai kudapan yang tinggi kandungan lemaknya. Hal ini memang tidak salah, tetapi penting diingat bahwa lemak yang terdapat dalam coklat tidak mengandung kolesterol karena berasal dari tumbuhan. Sepertiga dari lemak dalam coklat merupakan asam oleat, jenis lemak yang sama dengan yang terdapat pada minyak zaitun (dan kita tahu minyak zaitun baik untuk kesehatan!).
Lain halnya dengan coklat berkualitas rendah yang dibuat dengan menambahkan
vegetable oil (minyak sayur terhidrogenasi), umumnya mengandung lemak trans yang tidak baik bagi kesehatan dan sedapat mungkin dihindari.
Dark chocolate memiliki kandungan coklat yang lebih tinggi dibandingkan Milk Chocolate dan White Chocolate, oleh karenanya memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi pula. Konsumsi sejumlah kecil Dark chocolate setiap harinya dapat memperbaiki aliran darah, sehingga membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Selain itu, konsumsi Dark chocolate juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga menurunkan risiko terkena diabetes.
Dark chocolate mengandung senyawa antioksidan yang serupa dengan yang terdapat dalam teh, anggur merah, sayuran, serta buah-buahan, dengan jumlah yang lebih besar. Dalam Journal of Agriculture Food and Chemistry (1999) disebutkan bahwa kadar antioksidan dalam coklat sebenarnya
lebih tinggi daripada teh. Penelitian yang dilakukan para ilmuwan di National Institute of Public Health and The Environment di Belanda (1999) membuktikan bahwa kadar polifenolik dalam coklat dapat empat kali lebih tinggi daripada teh. Selain memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi daripada teh dan anggur merah, coklat juga memiliki kadar kafein yang lebih rendah serta tidak mengandung alkohol.
Begitu banyak studi yang dilakukan terhadap dark chocolate telah membuktikan manfaatnya bagi kesehatan kita. Bagaimana dengan milk chocolate?
Para peneliti menemukan bahwa keberadaan susu dalam coklat akan menghambat aktivitas polifenol (antioksidan), sehingga akan mengurangi manfaat kesehatan yang kita peroleh. Selain itu, penambahan susu dalam coklat juga berarti penambahan kandungan lemak dalam coklat, termasuk kolesterol yang terkandung dalam susu.
Para ahli menyarankan untuk mengkonsumsi sejumlah kecil coklat setiap harinya, bukannya mengkonsumsi langsung dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan kandungan nutrisi yang tinggi dalam coklat, di antaranya lemak jenuh dan gula, yang apabila dikonsumsi langsung dalam jumlah besar dapat memicu kenaikan berat badan. Apabila memungkinkan, lebih disarankan untuk memilih coklat berkualitas tinggi yang rasa dan teksturnya lebih “
rich” −dan harganya juga tentunya lebih mahal− karena lebih nikmat saat meleleh perlahan di mulut dan tidak perlu jumlah banyak untuk memuaskan Anda.
Sering timbul pertanyaan “seberapa banyak kita boleh mengkonsumsi coklat?”
Tidak ada anjuran gizi yang pasti untuk ini. Prinsip gizi sebenarnya mudah, yakni makanlah segala jenis makanan secara moderat. Masalah gizi umumnya timbul bila kita makan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Studi yang dilakukan di Harvard University menunjukkan bahwa jika Anda mengkonsumsi coklat dengan aktivitas fisik yang cukup dan makan dengan menu seimbang, maka masalah kegemukan akibat konsumsi coklat tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Menurut Dr. John Ashton, Ph.D. dalam bukunya yang berjudul “
A Chocolate A Day Keeps The Doctor Away” (2001), 50gram coklat adalah jumlah maksimal yang direkomendasikan setiap harinya.
Suatu penelitian yang dimuat dalam jurnal bergengsi
American Journal of Clinical Nutrition (1994) menyebutkan bahwa coklat rata-rata menyumbangkan hanya 0,7 − 1,4% dari total asupan energi kita setiap harinya.
Jadi, hanya dari data ini saja, kita dapat melihat bahwa konsumsi coklat rata-rata seseorang tidak menjadi penyebab kelebihan berat badan.
Selain itu, coklat juga diklasifikasikan ke dalam makanan dengan kisaran nilai GI (Glycemic Index) rendah, yakni kurang dari 50 unit. Pada makanan dengan nilai GI rendah, glukosa akan dilepas secara perlahan ke dalam darah pada tingkat yang dapat digunakan oleh sel-sel dalam tubuh sebagai energi. Saat kita menyantap makanan dengan nilai GI rendah, salah satu alasan mengapa kita sulit menaikkan berat badan adalah karena tubuh kita menggunakan energi ini dan tidak menyimpannya sebagai kelebihan lemak.
Anda tentu sudah sering mendengar mitos yang mengatakan bahwa coklat menyebabkan jerawat. Berbagai penelitian di seluruh dunia telah dilakukan terkait hal ini tetapi tidak ditemukan bukti ilmiah yang dapat membuktikan kebenarannya. American Dietric Association pada jurnal konsumen
Complete Food and Nutrition Guide edisi 1996 mengungkapkan bahwa anggapan coklat sebagai penyebab jerawat hanyalah mitos. Perubahan hormonal selama masa remaja-lah yang menjadi penyebab umum munculnya jerawat, bukan coklat.
Terkait mitos yang mengatakan bahwa konsumsi coklat menyebabkan karies gigi, Dr. Martin Vizom pada Department of Pediatrics Dentistry di Leeds University, Inggris, dalam
Chocolate and Cocoa: Health and Nutrition, menyatakan bahwa kokoa dalam coklat mengandung bahan kimia alami yang menghambat pelepasan asam yang merusak gigi. Antioksidan yang terdapat dalam coklat juga dapat menghambat pembentukan plak gigi. Selain itu, adanya faktor lain dalam coklat justru membuat email gigi menjadi resisten atas serangan asam.
Jadi, kita kini tahu bahwa setidaknya coklat masih merupakan pilihan yang lebih sehat daripada camilan-camilan lainnya yang kadar gula dan kalorinya tinggi, namun rendah nilai gizinya.
Nah, sudah tahu coklat mana yang baik untuk Anda?
SUMBER PUSTAKA:
Anonim. 2009. Chocolate and Health. www.allchocolate.com
Anonim. 2009. Is Dark Chocolate A Health Food?. www.TheChevronCars.com
Ashton, John and Suzy Ashton. 2001. A Chocolate A Day Keeps The Doctor Away. Australia: HarperCollins Publishers.
AsianBrain.com Content Team. 2009. Cokelat. www.AnneAhira.com
Bowman, Lee. 2002. Dark Chocolate May Fight Off Heart Attacks. The Good Drug Guide.
BBC News Online. 2003. Dark Chocolate May Be Healthier.
Talpalariu, Dan. 2008. Dark Chocolate Is Good For The Heart, Says Study. Softpedia.
Dierks, Carrie. 2000. Chocolate: It Can Do Your Heart Good. Chem-Is-Try.org
Haynes, Fiona. 2009 .Chocolate as A Health Food?. www.About.com
Tjia, Hendra. 2009. Kebaikan Coklat. HW’s Blog (Blog.binusian.org).
Moll, Jennifer. 2009. Can Dark Chocolate Lower Your Cholesterol?. www.About.com.
Ninyo. 2009. Tentang Coklat. www.Pinginpintar.com.
Pure Sin chocolates. 2009. Indulge Sinfully, and Never Mind All Those Fairy Tales…
Stibich, Mark. 2009. Health Benefits of Chocolate. www.About.com.
WebMD. 2009. Valentine’s Day: Good For The Heart. www.Oprah.com
WebMD. 2009. Five Surprisingly Healthy Food. www.Oprah.com
Wikipedia. 2009. Chocolate. www.wikipedia.com